“Mulai dari Hal Kecil untuk Buat Hidupmu Lebih Bermakna” adalah ungkapan yang sangat pas untuk kondisi perilaku siswa-siswa sekarang. Siswa dimanapun mereka sekolah sekarang hampir memiliki perilaku yang mungkin sebagian kita menganggap kurang baik. Mengutif tulisan seorang penulis di https://ideguru.wordpress.com/2010/04/14/membandingkan-perilaku-siswa-dulu-dan-siswa-sekarang/, beliau membuat perbandingan antara siswa dulu dan sekarang seperti ini:
SISWA DULU
- Lebih patuh dan hormat kepada guru, bahkan ketika berjalan dan berbicara senantiasa menjaga kesopanannya.
- Ketika diberitahu/dinasehati mendengarkannya dengan seksama.
- Lebih perhatian kepada guru, jika ada guru yang sakit, langsung berduyun-duyun ke rumah, walau jaraknya jauh, terkadang sampai urunan/iuran untuk membeli oleh-oleh.
- Ketika diperintah guru langsung mendengarkan dan bahkan malu kalau ke sekolah sebelum mengerjakan tugas tersebut
- Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat menghormatinya, meskipun guru itu kadang keras.
- Mengganggap hukuman adalah pelajaran dan konsekwensi dari sebuah kesalahan.
SISWA SEKARANG
- Kurang menghormati guru bahkan cenderung berani
- Ketika diberitahu/dinasehati tidak langsung mendengar bahkan kadang membantah
- Kurang perhatian kepada guru, bahkan lebih senang kalau gurunya tidak hadir.
- Ketika diperintahkan guru untuk mengerjakan tugas, menggerutu, kalau SD ia meminta tolong kepada orang tua/guru kelasnya
- Tidak malu kalau belum mengerjakan tugas
- Kalau dihukum/diberitahu malah menantang, bahkan tidak jarang jika dihukum malah senang.
- Menganggap guru sebagai teman, bukan orang tua. bahkan tak jarang ada yang panggil bukan sebagai pak guru misalnya dibeberapa sekolah SMA memanggil dengan gurauan.
Barangkali tidak semua kita setuju dengan perbandingan tersebut. Namun setidaknya apa yang disampaikan oleh penulis paling tidak bisa menjadi pintu masuk untuk muhasabah kondisi siswa kita. Sekiranya benar perbandingan tersebut, lantas apakah kondisi itu juga terjadi di Lembaga Pendidikan Agama yang nota bene secara penuh mengajarkan akhlak dan budi pekerti?
Terlepas apa jawaban kita, kami di MTs, Negeri 1 Lombok Barat terus berupaya dan berikhtiar untuk memberikan ruang baik bagi semua siswa untuk mendapatkan suasana yang menyenangkan dan tanpa merasa dipaksa untuk tunduk pada aturan madrasah. Salah satu upaya yang sekarang kami lakukan adalah “memulai masuk kelas dengan kegiatan yang baik”.
Kegaiatan baik yang dilakukan adalah setiap hari, setengah atau satu jam sebelum masuk kelas siswa diajak untuk Shalat Dhuha dan doa Bersama. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman dengan menggelar terval atau karpet sebagai alas tempat kegiatan.
Yang unik dari kegiatan ini, siswa dibebaskan untuk ikut shalat atau tidak. Bagi yang ikut shalat mereka akan membawa alat shalat sendiri dan sudah berwuduk dari rumah. Sedangkan bagi siswa yang tidak mau ikut, mereka hanya diwajibkan untuk duduk diterval yang sudah disiapkan dengan syarat mereka tidak menganggu teman-temannya yang sedah berkegiatan. Ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa mereka jika dipaksa biasanya akan memberi alasan macam-macam untuk tidak maengikuti kegiatan.
Nampak memang terkesan tak elok dipandang, ada yang sedang shalat dan berdoa sementara ada yang hanya duduk-duduk saja. Benar memang Nampak seperti dua sisi hitam dan putih. Namun kehadiran mereka ditempat tersebut dapat mengurangi satu kesempatan untuk melakukan hal yang kurang baik yang tidak bisa dilihat oleh guru. Semoga dengan kehadiran mereka ditempat yang baik dan kegiatan yang baik mereka akan mendapatkan rasa tidak diintimidasi oleh guru dan kewajiban lain yang mungkn mereka belum sukai. (Akmal: Humas MTs, N 1 Lombok Barat)