Banyak persoalan siswa yang terus muncul di sela pembelajaran berlangsung. Dulu, waktu mereka berada di kelas VII diharapkan akan berubah di kelas VIII, yang di kelas VIII akan berubah di kelas IX. Namun kenyataannya, siswa yang sama berulah yang sama. Yang sering tidak masuk ya siswa yang itu itu saja. Yang sering tidak bawa buku dan alat tulis lainnya juga saq no no doang.

Guru ketika jual obat di depan kelas selalu berupaya memberikan pelyanan yang baik, walau mungkin juga belum maksimal. Dari kata-katanya guru memberi nasihat, bimbingan, wejangan dan arahan seakan menjada tokoh super yang bisa mendiagnosis dan memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit siswa tersayangnya. Yang DEMAL (Demen Males) bukan DEMAM diberi resep tidur cepat, jangan begadang, kurangi ngegame. Yang ada gejala TABATUK (Tak Bawa Buku) bukan BATUK dikasi obat beli noto, singgaq juluq. Yang ngidap ASMA (Asal Masuk) tidak diberi pil, tablet atau bubuk obat. Bagus, pokokm tame duak jam lulus lemak, kata guru dalam hatinya.

Lain Guru lain Wali Kelas. Wali Kelas, barangkali sudah setarap dengan dokter spesialis yang dengan mudah mendekteksi siapa yang berbuat apa. Siapa yang tidak masuk hari ini? Oh ya..Ya biasa. Siapa yang belum bayar LKS? Kamu ini…..Yang belum nyumbang Mushalla????

Guru BP, yang dulu terkenal dengan sebutan Polisi Sekolah, terus merazia siswa yang berpirang rambut, bersolek menor, dan bergunting avatar. Kepala Madrasah sudah tak jarang muncul di group WA dengan pose duduk selingkung denga siswa dan orang tua dengan judul postingan “alih kasus, bimbingan keluarga” dan apalah istilahnya.

Berbekal dari pengalaman masa-masa sebelumnya hanya gara-gara kurang dokumen foto, madrasah haru

s dimarah-marahi hanya karena SATU orang siswa tidak lulus. Semua TEDUN ikut berbagi kata soal anak yang tidak lulus. Or

ang tua gayanya sok sayang, LSM dengan pedenya berusah menjadi pembela bagi siswa yang tertindas.

Kepala Madrsaahlah ujungnya. Semua persoalan ketidakpuasan pelanggan mandrasah harus segera diselasaikan. Jika tidak, maka persepsi bahwa madrasah kurang profesionalis bisa jadi akan disematkan mulai dari guru-guru, wali kelas, guru BK, bahkan juga kepala madrasah sendiri. Jika ini terus terjadi ,bisa jadi guru menjadi yang termalang walau sangat sayang pada siswanya. Disinalah barangkali tempat dan waktu dimana kepala madrasah harus memiliki kemampuan manager yang handal. Bisa membuat dingin suasana, bisa mencari solusi, bisa mengalahkan lawan sekaligus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *